Minggu, 30 Januari 2011

Lumbung Pangan Harus Melibatkan Perempuan

Memastikan Ketahanan Pangan di Banyuwangi.
Oleh; Edhi Sujiman

Dua bulan lagi beberapa kawasan pertanian di Banyuwangi memasuki masa panen. Apa yg akan dilakukan untuk memulai dan memastikan kondisi pangan di Banyuwangi dalam posisi aman.
Melemahnya kondisi pangan disebabkan oleh Produksi menurun dan tidak adanya stok pangan. Lumbung pangan salah satu pilihan pemkab Banyuwangi menjawab agar tidak terjadi kerawanan pangan. Lalu tahapan apa yang akan dilakukan sebelum masa panen raya tiba?
Pertama: Segera lakukan pembenahan kelembagaan lumbung-lumbung yang ada. Pastikan apa lumbung tersebut hanya menyimpan gabah/beras untuk stok pangan anggota dan non anggota, atau lumbung melakukan pengolahan lanjutan dengan bahan baku beras.
Kedua: Fasilitasi berdirinya lumbung-lumbung baru yang memiliki anggota yang jelas. Sebab petani dan buruh tani, terutama perempuan memiliki kepentingan yang berbeda. Semisal; dalam keseharian disetiap rumah tangga, yang bersentuhan langsung dengan perberasan adalah perempuan. Mestinya kalau ngomong ketahanan pangan para keluarga tani dan buruh tani, perempuan wajib dilibatkan dan sangat memungkinkan perempuan menjadi pelaku perlumbungan.
Sangat disayangkan, sampai hari ini, para pelaksana program pembangunan di Banyuwangi belum kuat mendorong berdirinya lumbung yang beranggotakan perempuan. Pedahal ini lebih nyata dalam menciptakan ketahanan pangan dikeluarga tani dan buruh tani.
Saya berharap pengarusutamaan gender di Banyuwangi atau gender mainstrem di Banyuwangi hanya retorik tanpa implementasi.
Mari kita pertajam konsep ini untuk mewujudkan pembangunan yang lebih adil gender.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar